user online

Tuesday, July 3, 2018

Pendapatan Nasional

July 03, 2018 29 Comments
Salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang efisien secara makro adalah nilai output nasional yang dihasilkan sebuah perekonomian pada suatu periode tertentu. Sebab, besarnya output nasional menunjukkan beberapa hal penting dalam perekonomian. 

  1. Besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian (tenaga kerja, barang modal, uamg dan kemempuan kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Secara umum, makin besar penadapatan nasional suatu negara, semakin baik efisiensi alokasi sumber daya ekonominya.
  2. Besarnya output nasional meruakan gambaran awal kemakmuran adalah output nasional perkapita. Jika angka output per kapita makin besar, maka tingkat kemakmuran dianggap makin tinggi. Produktivitas rata-rata diukur dari output per tenaga kerja. Makin besar angkanya, makin tinggi produktivitas tenaga kerja.
  3. Besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang masalah-masalah struktural yang dihadapi oleh perekonomian. Jika sebagian besar output nasional dinikmati oleh sebagian kecil penduduk, maka perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatannya. Jika sebagian besar output nasional berasalah dari sektor pertanian, maka perekonomian berhadapan dengan masalah ketimpangan struktur produksi.



PENDAPATAN NASIONAL  merupakan nilai barang dan jasa akhir berdasarkan  harga  pasar, yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode dengan menggunakan faktor produksi yang berada dalam perekonomian tersebut.

Tiga Pasar Utama :
  1. Pasar barang dan jasa
  2. Pasar Tenaga Kerja
  3. Pasar uang dan modal

Metode Perhitungan Pendapatan Nasional
Dalam perhitungan pendapatn nasional ada 3 metode pendekatan yang digunakan :

  1. Pendekatan Produksi
       Jumlah dari output masing-masing sektor dalam perekonomian. Yang dijumlahkan 
       adalah nilai tambah masing-masing sektor, yaitu selisih nilai output dikurangi dengan 
       nilai input antara

2. Pendekatan Pendapatan
Jumlah dari balas jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.

3. Pendekatan Pengeluaran
Total pengeluaran yang dilakukan oleh pelaku ekonomi dalam perekonomian dalam periode tertentu




C = Konsumsi
I  = Investasi
G = Pengeluaran Pemerintah
X-M = Net ekspor

Pengertian Dasar tentang Perhitungan Agregat

  1. Produk Domestik Bruto (Gross Domestik Product)
  2. Produk Nasional Bruto (Gross National Product)
  3. Produk Nasional Netto (Net National Product)
  4. Pendapatan Nasional (National Income)
  5. Pendapatan Personal (Personal Income)
  6. Pendapatan Personal Disposable (Disposable Personal Income)

Produk Nasional Bruto
Menghitung hasil produksi suatu perekonomian tanpa memperhatikan siapa pemilik faktor produksi tersebut. Semua faktor produksi yang berlokasi dalam perekonomian tersebut output nya diperhitungkan dalam PDB.

Produk Nasional Bruto
Nilai faktor produksi yang dihasilkan oleh faktor produksi milik perekonomian, dengan mengurangkan niali produksi hasil produksi yang berasal dari luar perekonomian.

Produk Nasional Netto
Angka yang dihasilkan dari Produk Nasional netto dikurangi dengan depresiasi.

Pendapatan Nasional
merupakan balas jasa atas seluruh faktor produksi yang digunakan .

Pendapatan personal
pendapatan nasioanl yang merupakan hak-hak individu dalam perekonomian.

Pendapatan personal Disposable
pendapatan personal yang  dipakai oleh individu.


PDB Harga Konstan dan PDB harga berlaku

Nilai PDB suatu periode merupakan perkalian harga barang yang diproduksi dengan jumlah barang yang dihasilkan.

Contoh :

Misalnya selama tahun 2000 diproduksi sebanyak 1000 potong baju dengan harga jual Rp. 120,-, sehingga PDB tahun 2000 adalah =    1000 x Rp, 120 000,-   = Rp. 120.000

Sementara PDB tahun 1999 angkanya hanya Rp. 100.000, 

PDB yang lebih besar tidak berarti jumlah output nya lebih besar. Sehingga tahun 2000 bisa dikatakan lebih baik dari tahun 1999 jika output yang dihasilkan lebih baik dibanding tahun 1999.

Jika harga sepotong baju pada tahun 1999 harganya Rp. 80, maka jumlah output yang diproduksi tahun 1999 adalah   = Rp. 100.000 / 80 = 1250 unit

Jadi walaupun nilai PDB tahun 2000 lebih besar dari tahun 1999, namun output nya lebih sedikit. Sehingga perhitungan PDB sering mengunakan perhitungan berdasarkan harga konstan.

Untuk memperoleh PDB harga konstant harus ditentukan tahun dasar yang merupakan tahun dimana perekonomian dalam kondisi baik atau stabil, harga ditahun tersebut digunakan sebagai harga konstan.

Maka :
PDB 2000 = Q.2000 x P.1999
                  = 1000 x Rp. 80
                  = Rp. 800.000 (PDB riil)

PDB nominal = 1000 x Rp. 120.000
                      = Rp. 120.000


Hubungan antara PDB riil dan nominal 
PDB riil = PDB nominal/ deflator

Deflator merupakan rasio PDB nominal dengan PDB riil

Deflator = (harga tahun t : harga tahun t-1) x 100%

Dalam kasus diatas deflator = (120-80)x 100% 
                                             = 150%

Maka PDB riil = 120.000: 150%
                         = Rp. 80.000

Manfaat PDB bisa untuk perhitungan inflasi.

Inflasi = (deflator tahun t- deflator tahun t-1)   x 100%
                              deflator tahun t-1

 Inflasi tahun 2000 = 150-100/100 x 100% = 50%